Jumat, 06 Januari 2012

Sekilas Kisah Baru oleh Rizka Dewi Nur Oktaviani

Aku melihat tatap matanya. Aku menangkap jelas senyum mengembang dari sudut tatapannya itu. Walau Ia tak mengatakan apapun. Walau mulutnya sama sekali terkunci dan mungkin sedikit malas untuk banyak bicara. Tapi aku tahu, aku melihat kata yang terurai hanya dari tatap indah matanya. Cobalah kau sendiri yang tatap. Lihatlah, aku yakin jika kau tengok sekali saja dari sisi lirikannya itu dan hanya sedikit pancaran yang akan kau tangkap, namun dapat membuat mu terjatuh. Masuk kedalam perangkap dunia baru dari yang gelap menuju terang. Seolah olah seperti itu, yah seperti itulah kurang lebihnya. Aku tak dapat menjelaskan dan membayangkan yang lebih karena aku tahu tak ada sedikitpun kepandaian dalam diriku untuk merangkai dan menggabung serta menyatukan berbagai kata indah hingga dapat kau tangkap dan kau mengerti.

Lihatlah, lihatlah tatap mata itu. Garis wajah yang selalu ia pancarkan nampak penuh ketenangan dan kedamaian. Hangat penuh dekapan. Senyum ceria nya selalu mengembang, selalu terurai dalam tawa yang terasa begitu renyah, gurih bahkan. Ya.. apapun itu. Jelas akan dapat kau fahami sendiri.

***

Mereka terus berlari-lari kecil. Saling berkejaran satu sama lain. Menangkap dan memeluk erat sesesaat setelah tangan-tangan mungilnya tergapai satu sama lain. Mereka terus berlari dan berlari tiada henti. Aku melihat. Entah mengapa dapat aku nikmati semua peluh saat itu. Saat harus mengekor dan menguntit setiap kemana mereka lari. Santai tapi waspada. Entah mengapa mata-mata ini tak henti-hentinya lelah memandang. Mengawasi satu sama lain. Tak ada sedikitpun celah kebosanan yang dapat aku curi barang secuil. Entah. Aku dapat merasakannya.

Saat-saat bersama merekalah seluruh kejenuhan, penat, bosan yang telah meluluh lantahkan semua perasaan dalam hati dan fikiran ini sekejap melebur menjadi sebuah keceriaan yang tak ada henti. Bak musafir di tengah terik matahari yang berselancar dengan debu digurun pasir mendapatkan dan menemukan oasis yang begitu jernih dan menyegarkan. Yah.. sangat menyegarkan. Seperti pendaki gunung yang dapat kembali menemukan kompasnya yang telah terjatuh dan hilang, tersesat begitu lama dan tiba menemukan jalan pulang. Bagaikan semangat ditengah lautan kebosanan. Bagaikan kebahagiaan ditengah sela kesedihan. Semua tak akan dapat terselesaikan ku gambarkan dengan seribu perandaian.

****

Dalam hening  mereka diam-diam menyita perhatianku. Dalam diam mereka telah berhasil memantraiku. Hingga aku terjembab. Tertarik dalam dunia-dunianya yang semakin unik. Aku begitu sadar dan amat sangat menyadari. Taraf kedewasaan ku saat ini ternyata masih jauh dari apa-apa yang seharusnya mereka dapat dariku. Begitu pelik memang. Namun persaan ini mengatakan. “ jauh, kau masih teramatlah jauh” bisik benakku ngilu.

“apakah sudah pantas kau hah,  lihat. Tengoklah kanan dan kiri mu, mereka membutuhkan bimbingan. Hey tak akan ada yang lain, siapa? Dia, mereka, yang lain? Bukan kah ini sudah menjadi amanah mu? Kepercayaan sangat tidak sering. Sekarang sudah tiba waktu yang tepat. Benahi segala apa yang harus kau benahi. Sekarang? Yah.. sekarang ! now !”
Nyanyian jiwaku terus saja menggebu-gebu. Melantur sana, melantur sini, bicara ini, bicara itu. Ya ya ya. Aku hanya bisa menghela nafas.

Cerminku, bonekaku.. dapatkah kau mengatakan apa yang harus aku perbuat? Tolonglah jawab. Hanya pertanyaan yang satu ini saja aku meminta dan memohon. Ayolah.. katakan. Katakan apa yang ingin kau katakan tentangku. Bodoh? Tolol? Ceroboh?Egois? Pragmatis ? Psimistis? Munafik? Jahat kejam bengis? Apalagi? Ayo ayo lanjutkan Chiki. Aku akan senantiasa mendengarkanmu. Katakan. Jangan sama sekali ragu. Oh. Benar. Kamu benar Chiki. Semua yang kau katakan tadi sama sekali tidak salah.

Aku hanya dapat menunduk lesuh. Menghampiri potretan-potretan masa kecilku dahulu. Sembari tersenyum, aku tersipu melihat gambaran tempo dulu.
“andai aku bisa kembali, mungkin aku akan dapat bermain-main dengan mereka saat ini. Berputar-putar. Tertawa sana tertawa sini”
Owhh aku baru ingat, itu adalah doa-doa yang selalu aku lontarkan padaMu Rabb. Yah.. kembali kemasa itu. Membayangkan mesin waktu dapat menjemputku dan membawa pergi dari rasa jemu.
Kini aku tahu. Ternyata permintaanku telah Engkau kabulkan lewat takdir dan jalan hidupku.
Inilah duniaku  yang baru. Yang selalu menyuguhkan senyum dibalik rindu, menghadirkan tawa dikala pilu.
Kalian segalanya bagiku. Ajari aku. Teruslah bimbing dan merangkulku. Selalu menjadi kekuatanku. Inspirasiku. Pelajaran bagiku. Terimakasih banyak.
Bagi semua. dan kamu. peri-peri kecilku.. :)




Bandung, Mei 2011





Tidak ada komentar:

Posting Komentar