Jumat, 06 Januari 2012

Kisah yang memilukan ………. Oleh : Rizka D.N Oktaviani

19 Juni 2008..




Betapa tidak bahaginya hatiku ini, Ketika aku sedang mengikuti perlombaan dongeng berbahasa Cirebon yang di selenggarakan oleh Badan Komunikasi dan Kebudayan Kepariwisataan (BAKOMBUDPAR) Cirebon, yang Alhamdulilah aku dapat meraih juara ke-3, walaupun tidak dapat mempertahanan gelarku tahun lalu sebagai juara ke-1, namun aku tetap bersyukur masih diberi kesempatan untuk menduduki urutan ke-3. Pada saat acara perlombaan usai, ketika aku masih berbincang bincang dengan peserta lainnya yang kebetulan pada waktu itu belum membubarkan diri, tiba – tiba seorang wanita muda menghampiri kami, ternyata beliau adalah pegawai BOKOMBUDPAR yang mungkin sedang mendapatkan suatu tugas untuk mempromisikan suatu event, lalu aku dan peserta yang lainnya ( tentunya yang beruntung) diberikan sebuah tawaran untuk mengikuti perlombaan lagi, tapi dalam kategori pidato namun tetap dalam ruang lingkup yang sama, yaitu Lomba berpidato Berbahasa Cirebon, lalu pegawai Bakombudpar itupun menambahkan bahwa perlombaan ini akan diadakan tepat pekan depan dihitung setelah perlombaan ini, akupun menyanggupi untuk mengikuti perlombaan ini( “Berarti aku hanya memiliki 6 hari lagi” pikirku dalam hati) Lalu beliau juga mengatakan bahwa peserta yang mengikuti perlombaan yang diselenggarakan oleh DISBUDPAR Jawa Barat ini akan mendapatkan bimbingan khusus dan akan dikarangtinakan selama 2 hari 1 malam di Hotel Apita Green Cirebon, waw .. terbayang olehku menginap gratis di hotel berbintang 4.
“Beruntungya aku … “ ucapku dalam hati. Betapa tidak ? Karena peserta pada perlombaan kali ini tidak hanya dari kabupaten/kota Cirebonnya saja, namun juga terdiri dari Kab/Kota Cirebon, Kab/Kota Indramayu, Majalengka dan Kuningan. Dan peserta dari tiap Kab/Kota pun dibatasi. Setiap Kab/Kota tersebut cukup mengirimkan perwakilannya maksimal 10 peserta saja, dan aku termasuk orang yang terpilih untuk mewakili Kab. Cirebon.
Akupun menyanggupi untuk mengikuti perlombaan pidato tersebut. Dalam tekadku aku berjanji tidak akan menyia – nyiakan kesempatan ini .

****************************************

Hari demi hari telah aku lalui, namun belum ada kesempatan bagiku untuk membuat kerangka naskah pidato yang untuk diperlombakan tersebut . Waktu aku yang aku miliki hanya tinggal 4 hari lagi, namun tiba – tiba aku ditugaskan oleh pembimbing eskulku di sekolah untuk mengatur suatu event yang memang itu sudah menjadi tanggung jawabku, aku tidak berani menolak, karena rasa setiaku dan kepercayaan yang besar yang telah diberikan oleh pembimbingku kepadaku, akupun menyanggupi untuk mengambil alih mengatur event tersebut

Selesailah tugasku. Waktu ku hanya tinggal 3 hari lagi, karena waktu yang begitu mepet akupun terpaksa merepotkan ibuku lagi, yah .. ibuku seperti biasanya, dongeng – dongeng yang aku lombakan dulu di buatkan oleh ibuku, kali inipun sepertinya begitu.
Akhirnya selesai sudah naskah yang buat, ibukupun segera memberikanya padaku dan beliau berpesan agar depat secepat mungkin untuk aku menghafaklannya karena waktu yang kita miliki sangat minim.
Namun tiba – tiba aku rasakan otakku lelah, fisikku lemah setelah menghafal dongeng yang panjang dulu lalu mengurus tanggung jawabku dan mengerjakan tugas – tugasku yang belum terselesaikan.

----------------------------------------------------------------

Hanya tinggal 1 hari lagi. Namun, akupun tidak tahu mengapa susah sekali rasanya otakku menghafalkan pidato ini, akupun pesimis untuk mengikuti perlombaan. Namun bagaimanapun juga aku harus tetap berjuang, karena sekali lagi ini adalah esempatan emasku. Yah … SEMANGAT !!!

-----------------------------------------------------------

Hari H itupun tiba. Meskipun aku masih ragu. Namun aku tetap berkata dalam hati. Insya Allah BISA !
Acara di mulai pukul 10.00 WIB. Namun pukul 08.00 aku masih berada dalam rumahku dan sama sekali belum bersiap – siap. Mengapa ? Mendadak dari tengah malam tadi penyakit yang aku derita kumat alias kambuh. Mag. Aku panik mengapa bisa kambuh di saat seperti ini ? Kupikir mungkin karena otakku lelah+grogi+stress memikirkan kesiapan yang sama sekali belum maksimal.
Kupaksakan pukul 09.00 WIB aku berangkat menuju Hotel Apita.
Akupun meluncur dengan motor bututku yang dikendarai oleh ibuku, yah.. ibuku, siapa lagi ? Dari dahulupun bahkan sedari kecil jikalau aku mengikuti perlombaan – perlombaan ibuku yang selalui sibuk membuatkanpersiapannya dan ibuku juga yang selalu mendampingiku, meskipun ia harus meninggalkan tugasnya sebagai pengajar. Dan aku terus meluncur walaupun tidak sepeserpun biaya transport dari sekolah yang aku terima untuk memperjuangkan nama kebanggaan sekolahku ini.
Alhamdulilah aku tiba di Hotel Apita dengan selamat. Aku mendapatkan nomor urut 11 dan itu berarti aku mendapatkan waktu untuk berlomba pada session pertama yaitu pukul 12.30 sampai dengan pukul 15.00.

-----------------------------------------------

Pukul 11.30 … telah selesai tehnical meeting. Selanjutnya seluruh peserta dipersilahkan untuk merapihkan barang bawaannya di kamar yang sudah disediakan masing – masing. Dan dengan berat hati akupun melepaskan kepulangan ibuku yang pada saat itu beliau tidak dapat mendampingiku hingga akhir perlombaan karena harus menyelesaikan suatu masalahnya sebagai pengajar .Maka aku gunakan waktu istirahatku itu untuk berta’aruf dengan sesama peserta. Pada saat itulah aku mendapatkan banyak sekali teman baru baik dari dalam maupun luar daerahku.

**************************************

Kutatap sekeiling kamarku dengan penuh perhatian, senangnya hatiku ini kulihat kamarku rapih, ber AC, telah tersedia televisi yang besar dan kamar mandinyapun mewah, urusan makan ? ( 1 hari = 3 X makan, 2 hari = 2 X 3 = 6. Dijamin .. dan cemilan ringan malam, pagi,siang = 6 kali. Tenang .. Begitulah perhitunganku . hheu ). Bayangkan betapa senangnya hatiku ini saat itu, akhirnya aku bisa merasakan yang namanya surga dunia walaupun hanya sesaat. Pikirku dalam hati . ( ^_^ )

--------------------------------------------------------------

Tiba waktunya, para dewan juri memberikan keringanan bagi peserta yang belum hafal sekali naskah, peserta tersebut diperbolehkan untuk membawa teks naskahnya disaat perfome di depan.
Aku berniat untuk tidak membawa naskah, namun dalam latihan aku merasa grogi dan gemetar sehingga banyak sekali kalimat –kalimat yang terlupa dan tidak sesuai teks, dan akhirnya terpaksa akupun memutuskan untuk berpidato dengan membawa teks.
Saat itu tiba waktunya bagiku untuk menampilkan kemampuanku, dengan bismilah akupun maju menghadap kedepan peserta dan para dewan juri
Aku sampaikan semampuku, aku coba menutupi rasa gemetarku ini dan .. ups . tiba – tiba aku lupa dengan kalimat berikutnya, matakupun langsung tertuju pada kertas yang ada di tanganku, berlanjut seterusnya hingga aku hitung 6 kali sudah aku melihat teks.oh my god. Ini vatal !

----------------------------------------------------

Hufff …. Akhirnya selesai juga aku berpidato, akupun turun dari mimbar menuju tempat duduku dengan iringan senyuman sumbang.
Ketidakpuasan hatiku inipun terpancar tentunya didampingi dengan rasa kekecewaanku yang mendalam. Yah .. kupasrahkan semua pada-Nya dan dalam hatiku berbisik lirih ..... ”Maafkan aku teman – teman, maafkan cucumu ini nek .. maafkan aku mamah……”
Selanjutnya aku tutupi perasaanku ini dengan bercanda gurau bersama teman – teman baruku, kekecewan dan kesedihanku pun sedikit terlupakan.

----------------------------------------------------


Malam harinya aku diminta oleh salah satu orang temanku untuk menemaninya makan malam di luar hotel, kamipun keluar mencari warung – warung kecil di pinggir jalan, karena kata dia makanan yang dihidangan oleh hotel tidak enak. Hi .. hi .. dasarnya sih lidahnya katro, ejekku. Yah ….. aku pun beranjak.
Asyiknya menikmati keindahan malam dikeramaian kota. Apalagi ditemani oleh ayam goreng lamongan yang sudah dihidangkan di hadapanku lengkap dengan lalaban serta sambal cocol nya yang dari aroma nya pun sudah menggugah selera siapun yang menciumnya.
Selesai menghabiskan hidangan ala Lamongan, kenikmatan sambal cocol dan ayam goreng masih terasa oleh kami berdua, tiba – tiba penjaga warung lamongan tersebut memanggil kami dan berkata “Dik .. boleh minta nomer handphonenya engga?” Hi .. hi .. ada – ada saja deh mas – mas ini, kami tidak menggubrisnya.
Tanganku menyentuh saku underrokku hendak mengeluarkan handphone, tapi… handphone yang aku simpan dalam underokku tiba-tiba tidak ada, otomatis aku panik dan mencoba mencarinya, mungkin jatuh di warung lamongan tadi, tapi, ternyata tidak ada. Kami kembali ke jalan depan hotel pun tidak ada, lalu aku bertanya pada bapak–bapak tukang becak yang mangkal di depan hotel pun, “Tidak tahu.” Katanya. Aku panik, bingung, aku yakin kalaupun iya jatuh, jatuhnyapun tidak akan jauh dari halaman depan hotel, karena kami berdua tidak pergi kemana – mana dan hanya makan sebentar dan sewaktu aku baru keluar hotel hendak menuju warung lamongan baru saja aku mengangkat telfon dari ibuku. Oh tidak ! Handphone yang aku bawa itu bukan miliku, dan sekarang sudah tidak ada di tanganku lagi… Temanku mencoba menelfon, aktiv …! Tapi.. aaw…di rejeck ! kembali dia menelefon, namun ... o oww .sudah tidak aktiv lagi, terus berkali – kali hingga tak terhitung lagi, namun tetap sudah tidak aktiv.Mati. Berpuncaklah kekhawatiranku, aku bingung, dan tak terasa air mata sudah memenuhi pipiku. Oh Tuhan …
Akhirnya aku kembali ke kamarku dengan hati yang tidak karuan. Air mata masih terus mengalir deras ( lebbayy .. hheu ), temanku mencoba menenangkanku, namun usahanya tidak sedikitpun berpengaruh bagiku. “Ya Allah.. itu handphone kakakku bukan punyaku, bagaimana caranya aku untuk menggantikannya … ?”
Aku pun tertidur dengan selimut kesedihan.

**************************************

Keesokkan harinya aku bisa menutupi kesedihanku karena teman – temanku dan jamuan – jamuan yang telah dihidangkan. Pagi itu session ke 4 loma berpidato berbahasa cirebon digelar, ( maklum karena banyaknya peserta ) siang harinya disambung oleh pengumuman pemenang – pemenang.
Aku pesimis dalam kemenangan lomba ini, namun tetap dalam hatiku berkata, “Dalam kalimat tidak mungkin terdapat kata mungkin”
Tiba saatnya pengumuman, seluruh peserta tegang, jantungnya berdegup kencang, sama halnya denganku, dengan harap – harap cemas aku mengharapkan datangnya sebuah keajaiban, karena jika dilihat dari kualitas penampilan para peserta mayoritas sudah memenuhi kategori sebagai juara, penyampaianya amatlah baik, dan yang pastinya juri mengutamakan yang tidak membawa teks yang akan dijadikan sebagai juara.
Juara harapan 3 sudah diumumkan, bukan Rizka. Juara harapan ke dua juga bukan atas nama Rizka. Juara harapan 1 bukan nomor 11, juara 3, bukan ! bukan ! Dan bukan !!!!.... pupus sudah harapanku, kekecewaan ini semakin menggunung, aku hanya bisa menggelengkan kepala.

*************************************

Selesai pengumuman pemenang-pemenang, selesailah sudah seluruh rangkaian acara pada perlombaan . Semua dipersilahkan merapihkan kembali peralatan – peralatan yang di bawa dan chek out dari Hotel. Bersalam – salaman dan bakal berkangen – kangenan, itulah yang kulakukan dan yang kurasaan dalam perpisahan ini. Akupun keluar menuju kembali ke rumah indahku di Jemaras.
Sepanjang perjalanan aku menangis dalam kesendirian. Meratapi nasib ini. “Sudah penampilan lomba tidak bagus, menghilangkan handphone orang dan tidak mendapatkan juara kategori satupun ????” Oh .. tidak ini adalah kabar buruk bagi semuanya. Sekali lagi maafkan aku semuanya, ingin sekali rasanya aku untuk segera sampai rumah, ingin rasanya kutumpahkan semua kesedihanku ini.
Sesampainya di rumah aku menangis sepuas – puasnya, hingga tersedu – sedu dengan hebatnya. Ku rasa inilah nasib yang paling buruk yang pernah aku alami selama hidupku. Keluargaku memaafkanku dan tetap mensuport. Mungkin ini sudah takdirku. “Yah .. terimalah dengan lapang dada ..” Ucap ibuku dengan elusan lembutnya.

Akhirnya …………….

Dengan kejadian ini .. akupun menyadari, mungkin banyak sekali kesalahan – kesalahanku ini hingga Allah menegurku .
Yah .. akhirnya aku hanya bisa memetik hikmah yang terkandung dalam kejadian ini. Akhirnya juga aku mengerti , keteledoran sekecil apapun harus kita hindari agar tidak salah dalam berbuat. Dan yang tidak kalah penting, jika kita menjalani sesuatu pekerjaan janganlah pernah melakukannya dengan setengah hati, kita harus fokus pada yang sedang kita jalani sekarang ini, konsentrasi dan kerahkan segenap kemampuan yang kita milik untuk menyukseskannya. Dan ingat, harus tetap bisa membagi waktu.
Ternyata pengalaman itu memberikan pelajaran yang sangat berharga bagiku. Yah .. meskipun akhir pengalaman ini tidak bahagia. Namuun teyap aku tidak akan pernah menyesali apa yang sudah terjadi.(lumayan loh … 2 hari menginap gratis di Hotel. Hehehe..^ - ^ )
Dalam benakkupun tidak akan pernah ada kata patah semangat. Selama darahku masih mengalir dan jantung ini masih berdetak ku akan tetap terus berkarya dan BERPRESTASI !!! Yeah … Ok’s ??


drizka83@yahoo.co id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar