Jumat, 06 Januari 2012

Kidung yang Terhempas

Kini ia benar benar telah sendiri
Merasakan kesunyian malam dengan dingin nya hembusan
Melewati jurang yang lantas dapat terlewatkan

Kini ia bagaikan senja di pelabuhan senyap
Tak dapat merasakan lagi kesejukan sepoi angin dan nikmatnya alunan deru debu mesiu
Hanya deburan ombak yang selalu setia tak akan terpisah
Hanya kicau burung yang melewatinya begitu saja

Senyap kini begitu menerpa
Guratan – guratan kekuatan yang nampak mulai gusar

Diterjangnya ia karang, dihampirinya ia badai, disapunya buih buih yang menghadang
Menerjang terjang dalam kesendirian dan keterbatasan

Kini ia mencoba berjalan
Terus berjalan hingga lelah

Menyelusuri lembayung fajar yang tak kunjung tiba

Menyeka keringat dengan air mata

Tak satupun pencarian itu dapat ia temukan
Tak di dapatinya semua pengharapan sekedar untuk naungan
Hanya siulan badai yang selalu bersedia bersama
Gemuruh pilu tak kunjung enyah

Dalam batas putaran kesempatan dan sisa waktu
Selalu ia coba telusuri pencarian yang sampai kini hanya memenuhi sebuah ingatan pencarian ilusi
Sungguh terasa gerah berada pada sisi – sisi jurang pemisah yang akan selalu menghasilkan celah kesalahan yang ada
Begitu sulit dan berat mencoba mengerti dan menjauhi iliusi – ilusinya
Hanya dirinyalah yang merasa , hanya hatinyalah yang selalu resah

“ Bohong ! semua hanya sekedar penutup kekecewaanmu belaka !”
“ Diam ! kau tak akan pernah bisa diam dalam tenang !”
“ Cari ! cari dan telusuri jangan hanya bisa bersembunyi !”

Bisikan – bisikan yang Ia lontarkan sendiri bagai campuk yang begitu perih
Mencoba memberi aba – aba

Dikerahkannya segala kekuatan sekeras baja
Kembali menatap tegap

Tapi..
Kehendak tak selalu sama,
Tak akan pernah sanggup membelah dengan hanya ditemani sebongkah keyakinan

Tak mudah mengikis segala ketakutan dengan kekuatan
Yang harusnya masih ada dan betengger kokoh tak terkoyah

Gugup ia mencari

Enyahkah  pegangan – pegangan itu? Dimana para tongkat kepercayaan yang selalu mengiringinya ? Di manakah kini ia harus sandarkan sejenak bahu nya yang mulai pegal ?
Tertunduk lemas.. Tak dapat sekejap menengadahkan wajah
Tersungkur.. kembali iba menatap keadaannya

Bagai pengemis ! Ia mencoba meringis
Mengiba pada apa yang belum  harus tergenggam oleh tangannya
Penuh harap bagai hina terus meminta

Tanpa disadari para ilusi – ilusi itupun
Telah banyak menyakiti !

Tiba dengan tak terduga secercah cahaya mentari seketika membangunkannya dari mimpi panjang
Uluran hangat penuh dekap
Terus merengkuh
Tanpa bias. Tak pernah lepas
Dalam.. dalam pelukkan penuh ketenangan

Perlahan.. tapi pasti
Ia tegapkan kembali janji janji nya mengibur diri

Hingga nyata
Mendapatkan kembali tatap – tatap mata penuh rona

Ia.. kembali
Kembali mencoba berdiri dibawah panji – panji para syuhada beriring sejuk nya hembusan pagi

Lelah panjang hari ini
Tak akan lagi pernah terjadi
Harap kau yang selalu ada. Menemani di sisi

Karena..
Tak akan pernah merasa berjuang dengan sepi sendiri
Karena..
Selalu setia berkawankan keikhlasan dan keyakinan yang akan terus mengiringi.


@ Angan tanpa batas.
Safar 1432 H
drizka83@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar