Kini ia benar benar telah sendiri
Merasakan kesunyian malam dengan dingin nya hembusan
Melewati jurang yang lantas dapat terlewatkan
Kini ia bagaikan senja di pelabuhan senyap
Tak dapat merasakan lagi kesejukan sepoi angin dan nikmatnya alunan deru debu mesiu
Hanya deburan ombak yang selalu setia tak akan terpisah
Hanya kicau burung yang melewatinya begitu saja
Senyap kini begitu menerpa
Guratan – guratan kekuatan yang nampak mulai gusar
Diterjangnya ia karang, dihampirinya ia badai, disapunya buih buih yang menghadang
Menerjang terjang dalam kesendirian dan keterbatasan
Kini ia mencoba berjalan
Terus berjalan hingga lelah
Menyelusuri lembayung fajar yang tak kunjung tiba
Menyeka keringat dengan air mata
Tak satupun pencarian itu dapat ia temukan
Tak di dapatinya semua pengharapan sekedar untuk naungan
Hanya siulan badai yang selalu bersedia bersama
Gemuruh pilu tak kunjung enyah
Dalam batas putaran kesempatan dan sisa waktu
Selalu ia coba telusuri pencarian yang sampai kini hanya memenuhi sebuah ingatan pencarian ilusi
Sungguh terasa gerah berada pada sisi – sisi jurang pemisah yang akan selalu menghasilkan celah kesalahan yang ada
Begitu sulit dan berat mencoba mengerti dan menjauhi iliusi – ilusinya
Hanya dirinyalah yang merasa , hanya hatinyalah yang selalu resah
“ Bohong ! semua hanya sekedar penutup kekecewaanmu belaka !”
“ Diam ! kau tak akan pernah bisa diam dalam tenang !”
“ Cari ! cari dan telusuri jangan hanya bisa bersembunyi !”
Bisikan – bisikan yang Ia lontarkan sendiri bagai campuk yang begitu perih
Mencoba memberi aba – aba
Dikerahkannya segala kekuatan sekeras baja
Kembali menatap tegap
Tapi..
Kehendak tak selalu sama,
Tak akan pernah sanggup membelah dengan hanya ditemani sebongkah keyakinan
Tak mudah mengikis segala ketakutan dengan kekuatan
Yang harusnya masih ada dan betengger kokoh tak terkoyah
Gugup ia mencari
Enyahkah pegangan – pegangan itu? Dimana para tongkat kepercayaan yang selalu mengiringinya ? Di manakah kini ia harus sandarkan sejenak bahu nya yang mulai pegal ?
Tertunduk lemas.. Tak dapat sekejap menengadahkan wajah
Tersungkur.. kembali iba menatap keadaannya
Bagai pengemis ! Ia mencoba meringis
Mengiba pada apa yang belum harus tergenggam oleh tangannya
Penuh harap bagai hina terus meminta
Tanpa disadari para ilusi – ilusi itupun
Telah banyak menyakiti !
Tiba dengan tak terduga secercah cahaya mentari seketika membangunkannya dari mimpi panjang
Uluran hangat penuh dekap
Terus merengkuh
Tanpa bias. Tak pernah lepas
Dalam.. dalam pelukkan penuh ketenangan
Perlahan.. tapi pasti
Ia tegapkan kembali janji janji nya mengibur diri
Hingga nyata
Mendapatkan kembali tatap – tatap mata penuh rona
Ia.. kembali
Kembali mencoba berdiri dibawah panji – panji para syuhada beriring sejuk nya hembusan pagi
Lelah panjang hari ini
Tak akan lagi pernah terjadi
Harap kau yang selalu ada. Menemani di sisi
Karena..
Tak akan pernah merasa berjuang dengan sepi sendiri
Karena..
Selalu setia berkawankan keikhlasan dan keyakinan yang akan terus mengiringi.
@ Angan tanpa batas.
Safar 1432 H
drizka83@yahoo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar